Mahasiswa Sistem Informasi, Muhammad Ghufron Asrofi (0901611) tahun ini berhasil mendapatkan beasiswa untuk mengikuti The Study of the United States Institute (SUSI) Leaders 2012 dari pemerintah Amerika Serikat dalam program “Religious Pluralism and Democracy in the United States” selama 5 minggu di Temple University Philadelpia. Program akan berlangsung mulai 12 Januari 2012 sampai dengan 19 Februari 2012.
Tidak hanya menimba ilmu seputar pluralisme dan demokrasi yang ada di Amerika, mahasiswa penerima beasiswa sebanyak 20 orang dari berbagai Universitas di Indonesia akan diajak untuk mengunjungi komunitas agama baru yang ada di Amerika dan berkunjung ke New York guna mendatangi gedung PBB dan berkunjung ke Gedung Putih (White House) di Washington DC. Sebelum berangkat, mereka telah lolos dalam seleksi dan mempelajari materi-materi yang diberikan Temple University.
Kami akan menerbitkan rangkaian tulisan dengan gaya bahasa “saya” seputar pengalaman dan aktifitas mereka selama mengikuti program tersebut. Tulisan pertama tentang perjalanan melewati batas waktu di Samudera Atlantik.
Singapura – Atlanta
Sekitar 1 jam sebelum keberangkatan kami semua bertemu dengan teman-teman yang berangkat dari Singapura, perjalanan berikutnya ke Atlanta. Perjalanan ke Atlanta memakan waktu sekitar 14 jam perjalanan, di dalam pesawat Delta Airlness, beberapa kursi kami ditandai dengan stiker, dan ternyata khusus penumpang muslim ditandai dengan stiker tersebut agar makanan kami dibedakan dengan penumpang lainnya. Jujur saja makanannya aneh dan tidak sesuai dengan lidah asia.
Satu catatan menarik, ternyata pramugari pesawat Amerika berbeda sekali dengan pramugari Asia pada umumnya. Pramugari mereka sama sekali tidak muda dan cantik, tetapi justru terlihat telah berumur dan tidak langsing seperti pramugari Asia lainnya. Hal ini sempat menarik perhatian saya karena, setahu saya pramugari di Indonesia adalah perkerjaan yang sangat bergengsi sekali, dan melalui tahapan seleksi yang begitu luar biasa.
Dalam perjalanan menembus Samudera Atlantik ada pengalaman unik. Seorang teman, Tata menceritakan sewaktu perjalanan kami menembus dan memotong pola waktu, kami semua mempercepat hari dan pada akhirnya memundurkan hari. Sewaktu kami di atas pesawat, langit dengan cepat berubah menjadi sore – magrib – malam. Beberapa temen sholat di waktu tersebut: Ashar – Magrib – Isya, kemudian setelah sampai di bandara Atlanta, dia menanyakan, “Eh, saya perlu sholat lagi gak? Tadi soalnya saya sudah sholat untuk 3 waktu tersebut di pesawat.”
Di Atlanta kami tiba pukul 1 siang hari Jumat, padahal kami berangkat dari Narita, Jepang pukul 3 sore hari Jumat dan menempuh waktu Maghrib dan Isya di pesawat… some people confuse about it, because we were felt like in time machine!!!
Selama perjalanan tersebut, jendela saya tutup sehingga saya tidak mengetahui waktu tersebut, saya juga mengetahui waktu saya sampai di Atlanta mengalami waktu yang mundur, jadi saya mengikuti waktu sampai Atlanta nanti dan saya sholat di sana. Untuk menjalankan sholat di luar negeri sangat sulit. Saya dan beberapa teman lain, Jijo, Zia, Titi dan Domi berada di Atlanta mencari tempat sholat atau musholla; ternyata di bandara sebesar tersebut tidak ada satupun musholla dan tempat kosong untuk beribadah. Hal ini sangat menyedihkan dan membuat kami sulit, satu hal yang harus kami sadari bahwa kami di Amerika, muslim adalah minoritas.
Untungnya kami menemukan tempat kosong disela-sela pintu darurat untuk menunaikan sholat.
Perjalanan selanjutnya ke Philadelphia, menuju ke Temple University.