Team dari Sistem Informasi Universitas Ahmad Dahlan meraih Silver Medal dan Spesial Award dari IYSA
Bighugs team yang diketuai oleh An Syafarino Armawahyuda dan beranggotakan Miranda Diah Adisti, Rohadatul Aisy dan Nafissa Al-’Abida dan dibawah bimbingan dosen Imam Azhari, S.Si., M.Cs berhasil meraih silver medal dan spesial award dari penyelenggara Indonesia Young Scientist Association (IYSA) pada event International Science and Invention Fair (ISIF).
Ajang berskala internasional ini berlangsung di Universitas Pendidikan Ganesha di Bali pada 1 – 5 November 2022 yang diikuti 614 tim dari 32 negara. Dalam ajang tersebut tim Bighugs membawa inovasi berupa produk yang diberi nama “BigHugs App : Sebagai Platform, Solusi Penyelesaian Masalah dan Stigma Negatif pada Gangguan Kesehatan Mental Seseorang”. BigHugs merupakan aplikasi kesehatan mental berupa wadah, sarana edukasi, dan solusi dalam menyelesaikan permasalahan serta stigma negatif gangguan kesehatan mental seseorang. “BigHugs didesain untuk membantu masyarakat terutama remaja dan usia produktif agar tetap berada pada posisi diri yang sesuai dengan diri masing-masing pengguna sehingga meminimalisir terjadinya masalah kesehatan mental yang banyak terjadi” ujar Nafissa.
Menggunakan metode prototype hal ini untuk menyelesaikan permasalahan dengan memaksimalkan desain aplikasi atau yang biasa disebut dengan prototype sebelum memasuki tahap development. Dalam pembuatan project ini dibagi berdasarkan keahlian tiap anggota. “Ada yang berperan sebagai Reseacher, UX/UI designer dan team leader” ujar Rino selaku team leader. Hal ini dilakukan agar project selesai tepat waktu dan sebagi praktek mata kuliah yang dipelajari sebelumnya.
Seperti yang disampaikan Miranda salah satu anggota BigHugs team, Kesehatan mental adalah keadaan sejahtera mental yang memungkinkan orang untuk mengatasi tekanan hidup, menyadari kemampuan mereka, belajar dengan baik dan bekerja dengan baik, dan berkontribusi pada komunitas mereka. Akan tetapi banyak orang yang masih belum paham pentingnya kesehatan mental, bahkan masih banyak yang mengaitkan masalah tersebut dengan kegilaan dan menyebabkan merebaknya stigma negatif yang beredar di masyarakat.
Riset ini dilatarbelakangi adanya urgensi terkait tingginya tingkat bunuh diri di wilayah Yogyakarta dan data dari Riskedas menunjukkan bahwa Provinsi DIY berada di posisi 2 dengan tingkat gangguan kesehatan mental di Indonesia. “Selain data dari Riskedas kami juga menggunakan data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dan kami juga terjun langsung ke beberapa puskesmas di Yogyakarta dan mendatangi Dinas Kesehatan dalam pencarian masalah yang terjadi” ujar Aisy.
Diharapkan project ini kelak dapat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat kesehatan mental di DIY dan dapat menjadi platform yang dipercaya masyarakat sebagai platform konsultasi terkait permasalahan yang dihadapi. (FS)